Coba KLIK !!!! Rasakan yang Akan terjadi

Sabtu, 04 Februari 2023

Cinta Seorang Anak Gembala

Pada zaman dahulu, hidup seorang gembala yang bersemangat bebas. la tidak punya uang dan tidak punya keinginan untuk memilikinya. Yang ia miliki hanyalah hati yang lembut dan penuh keikhlasan; hati yang berdetak dengan kecintaan kepada Tuhan.

Sepanjang hari, ia menggembalakan ternaknya melewati lembah dan ladang melagukan jeritan hatinya kepada Tuhan yang dicintainya, "Duhai Pangeran tercinta, di manakah Engkau, supaya aku dapat persembahkan seluruh hidupku kepada-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menghambakan diriku pada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku hidup dan bernapas. Karena berkat-Mu aku hidup. Aku ingin mengorbankan domba-Ku ke hadapan kemuliaan-Mu."

Suatu hari, Nabi Musa melewati padang gembalaan tersebut. la memperhatikan sang Gembala yang sedang duduk di tengah ternaknya dengan kepala yang mendongak ke langit. Sang gembala menyapa Tuhan, "Ah, di manakah Engkau, supaya aku dapat menjahit baju-Mu, memperbaiki kasur-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menyisir rambut-Mu dan mencium kaki-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minuman-Mu?"

Musa mendekati gembala itu dan bertanya, "Dengan siapa kamu berbicara?"

Gembala menjawab, "Dengan Dia yang telah menciptakan kita. Dengan Dia yang menjadi Tuhan yang menguasai siang dan malam, Bumi dan langit."

Nabi Musa murka mendengar jawaban gembala itu, "Betapa beraninya kamu bicara kepada Tuhan seperti itu! Apa yang kamu ucapkan adalah kekafiran. Kamu harus menyumbat mulutmu dengan kapas supaya kamu dapat mengendalikan lidahmu. Atau paling tidak, orang yang mendengarmu tidak menjadi marah dan tersinggung dengan kata-katamu yang telah meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum seluruh penduduk bumi ini akibat dosa-dosamu!"

Sang Gembala segera bangkit setelah mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah seorang nabi. Ia bergetar ketakutan.

Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia mendengarkan Nabi Musa yang terus berkata, "Apakah Tuhan adalah seorang manusia biasa sehingga Ia harus memakai sepatu dan alas kaki? Apakah Tuhan seorang anak kecil yang memerlukan susu supaya Ia tumbuh besar? Tentu saja tidak. Tuhan Maha sempurna di dalam diri-Nya. Tuhan tidak memerlukan siapa pun. Dengan berbicara kepada Tuhan seperti yang telah engkau lakukan, engkau bukan saja telah merendahkan dirimu, tetapi kau juga merendahkan seluruh ciptaan Tuhan. Kau tidak lain dari seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf, kalau kau masih memiliki otak yang sehat!"

Gembala yang sederhana itu tidak mengerti bahwa apa yang dia sampaikan kepada Tuhan adalah kata-kata yang kasar. Dia juga takmengerti mengapa nabi yang mulia telah memanggilnya sebagai seorang musuh, tetapi ia tahu betul bahwa seorang nabi pastilah lebih mengetahui daripada siapa pun. Ia hampir tak dapat menahan tangisannya.

Ia berkata kepada Musa, "Kau telah menyalakan api di dalam jiwaku. Sejak ini, aku berjanji akan menutup mulutku untuk selamanya." Dengan keluhan yang panjang, ia berangkat meninggalkan ternaknya menuju padang pasir.

Dengan perasaan bahagia karena telah meluruskan jiwa yang tersesat, Musa melanjutkan perjalanannya menuju kota. Tiba-tiba, Allah Yang Mahakuasa menegurnya, "Mengapa engkau berdiri di antara Kami dengan kekasih Kami yang setia? Mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintai-nya? Kami telah mengutus engkau supaya engkau dapat menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan di antaranya."

Musa mendengarkan kata-kata langit itu dengan penuh kerendahan dan rasa takut.

Tuhan berfirman, "Kami tidak menciptakan dunia supaya Kami memperoleh keuntungan darinya. Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan makhluk itu sendiri. Kami tidak memerlukan pujian atau sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribadah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah, bahwa di dalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memiliki makna apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata atau komposisi kalimat. Yang Kami perhatikan adalah lubuk hati yang paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah Kami mengetahui ketulusan makhluk Kami walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar dengan api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna."

Suara dari langit selanjutnya berkata, "Mereka yang ter-ikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta dan umatyang beragama bukanlah umatyang mengikuti cinta karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri." Tuhan kemudian mengajarinya rahasia cinta.

Setelah memperoleh pelajaran itu, Nabi Musa mengerti kesalahannya. Sang Nabi pun merasa menderita penyesalan yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari mencari gembala itu untuk meminta maaf. Berhari-hari, ia berkelana di padang rumput dan gurun pasir, menanyakan orang-orang apakah mereka mengetahui pengggembala yang dicarinya.

Setiap orang yang ditanyainya menunjuk arah yang berbeda. Hampir, ia kehilangan harapan, tetapi akhirnya Allah Swt. mempertemukannya dengan gembala itu. Ia tengah duduk di dekat mata air. Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga ia tidak memperhatikan Musa yang telah menunggunya cukup lama.

Akhirnya, gembala itu mengangkat kepalanya dan melihat Nabi Musa.

Musa berkata, "Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan telah berfirman kepadaku bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa pun yang kamu pilih. Apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia."

Sang Gembala hanya menjawab sederhana, "Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya. Aku takdapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman ruhani yang ada dalam hatiku." Kemudian, ia bangkit dan meninggalkan Nabi Musa.

Utusan Allah ini menatap sang Gembala sampai ia tak terlihat lagi. Setelah itu, ia kembali berjalan ke kota terdekat, merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak berpendidikan.

Doa sejati yang paling tinggi adalah perenungan Tuhan dengan kalbu yang murni, yang terlepas dari semua hasrat keduniawian, tidak terpaku pada sikap-sikap jasmaniah, tetapi dengan gerak-gerik jiwa. (Ibnu Sina)

Wawasan Seorang Bocah Pada Saat KeKhalifahan Al Makmun

Dikisahkan bahwa Al-Makmun memisahkan diri dari pasukannya, lalu berjalan melewati salah satu perkam-pungan Arab. la melihat seorang bocah sedang berdiri mengisi girbah (tempat air) sambil memanggil ayahnya untuk minta bantuan agar dapat menguasai pegangan girbahnya.

Bahasa yang digunakan anak itu begitu santun dan baik layaknya orang dewasa sehingga menarik perhatian Khalifah Al-Makmun. la pun bertanya kepada anak itu, "Siapakah engkau? Semoga Allah memberkatimu."

Anak itu menyebutkan namanya dan balik bertanya, "Dan siapakah engkau?"

Al-Makmun menjawab, "Keturunan Adam."

"Memang benar keturunan Adam, tetapi keturunan Adam yang mana?" tanya anak itu kembali.

"Yang pilihan dan terbaik di antara mereka," jawabnya.

"Oh, berarti engkau orang Arab. Dari silsilah siapa?" tanya anak itu penasaran.

"Yang pilihan dan terbaik di antara mereka," jawab Al-Makmun untuk menguji pengetahuan anak itu lebih jauh.


"Berarti dari keturunan Mudhar. Dari silsilah siapa?" "Yang pilihan dan terbaik di antara mereka."

Anak itu mengetahui maksudnya, "Jadi, dari Bani Hasyim. Dari silsilah siapa?" kejarnya.

"Yang pilihan dan terbaik di antara mereka. Aku dari keturunan yang didirikan oleh anak cucu Hasyim seluruhnya."

Dengan kecerdasannya, anak itu menjawab pasti, "Kalau begitu, engkau adalah AmirulMukminin!" disambung dengan mengucapkan salam kepada sang khalifah.

Al-Makmun tersenyum puas dan kagum akan kecerdasan dan wawasan yang dimiliki anak tersebut, lalu bertanya, "Mana yang lebih kau sukai, seratus dinar sekarang, atau sepuluh dinar nanti?"

Anak itu menjawab, "Aku tidak akan menjual yang sekarang untuk membeli yang nanti!"

Kemudian seorang lelaki tua renta keluar dari dalam rumah. Melihat orang itu keluar, Al-Makmun berusaha menarik anak itu. Lelaki tua itu lantas berkata, "Aku lelaki tua nan lemah. Anak itu mempunyai ibu yang tua dan lemah seperti aku. Kami tidak memiliki apa pun selain anak itu. Maka janganlah engkau rampas ia dari sisi kami."

Al-Makmun kemudian memberi perintah kepada bawahannya untuk memberi seratus dinar kepada anak itu.

Selasa, 17 Januari 2023

DAPAT MENGOBATI DIABETES, INI 6 MANFAAT AIR REBUSAN KETUMBAR DAN MADU MENURUT DR ZAIDUL AKBAR

 


Berikut beberapa manfaat dari mengonsumsi air rebusan ketumbar /Unsplash/Mockupo

Selain bermanfaat sebagai bumbu dapur, air rebusan ketumbar ternyata memiliki ragam manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh Anda.

Baca juga : 

1. Resep Sehat Dengan Mengkonsumsi Madu dari dr Zaidul Akbar

2. Resep sehat sehari-hari konsumsi madu, dari dr Zaidul Akbar

3. Tips Sehat Lainnya Dari dr. Zaidul Akbar

Banyak yang tidak menyangka, rempah dengan cita rasa gurih ini ternyata memiliki berbagai nutrisi antara lain karbohidrat, protein, lemak, kalsium, magnesium, kalium, dan fosfor yang tentunya berkhasiat untuk kesehatan.

Dilansir dari kanal YouTube Shirathal Mustaqim pada 2 September 2021, berikut 6 manfaat air rebusan ketumbar menurut dr Zaidul Akbar.

 

1. Mengurangi Peradangan

Salah satu manfaat yang akan Anda rasakan dari mengonsumsi air rebusan ketumbar secara rutin adalah dapat mengurangi peradangan.

Hal ini dikarenakan kandungan zat antioksidan pada biji ketumbar yang ternyata juga dipercaya bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.

 

2. Mencegah Infeksi Jamur

Kandungan zat antibakteri dan antijamur yang terdapat pada biji ketumbar ternyata memiliki beragam manfaat yang baik bagi tubuh, terutama untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri.

 

3. Mengobati Diabetes

Berbagai kandungan yang terdapat pada biji ketumbar ternyata dapat merangsang produksi insulin di dalam tubuh, dan hal tersebut tentunya berdampak baik untuk menurunkan kadar gula darah dalam tubuh Anda.

 

4. Mengatasi Gangguan Pencernaan

Kandungan nutrisi seperti protein, lemak, kalsium, magnesium, kalium, dan fosfor pada biji ketumbar ternyata efektif untuk mengatasi gangguan pencernaan.

Menurut pakar ahli, beberapa kandungan tersebut ternyata dapat melindungi tubuh dari berbagai bakteri yang menyerang usus.

 

5. Mencegah Kanker

Biji ketumbar ternyata juga mengandung senyawa yang dinilai dapat mencegah pembentukan heterocylic amines (HCA).

Kandungan tersebut tentunya efektif untuk melindungi tubuh dari paparan zat radikal bebas, yang dapat memicu pertumbuhan kanker.

 

6. Mencegah Kerusakan Sel

Selain kelima manfaat tersebut, ada salah satu manfaat yang paling dicari oleh banyak orang dari biji ketumbar.

Manfaat yang akan Anda dapat adalah dapat melindungi tubuh dari kerusakan sel akibat paparan zat radikal bebas.

Kandungan antioksidan sejenis terpinene, kuersetin, dan tocopherols ternyata efektif untuk melindungi tubuh dari kerusakan sel.

Meski tergolong bahan alami, namun ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum memasukkan ketumbar sebagai  list minuman daily routine Anda.

Sebelum mengonsumsi air rebusan ketumbar, pastikan bahwa Anda tidak menderita alergi terhadap salah satu komponen pada biji ketumbar dan konsumsi air rebusan ketumbar sesuai ketentuan yang dianjurkan.***


Minggu, 15 Januari 2023

Gelar Al Faruq Untuk Sayyidina Umar bin Khaththab R.A

Umar bin Khaththab memiliki nama lengkap Umar bin Al-Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza Al-Quraisy. Postur tubuhnya yang tinggi besar serta keberanian dan watak kerasnya membuat orang-orang memanggilnya dengan Abu Hafs atau anak singa. Sedangkan, Rasulullah saw memberinya gelar Al-Faruq yang berarti pembeda antara yang hak dan batil.




Pada peristiwa Perang Badar, kemenangan besar diraih oleh umat Islam. Pasukan Quraisy dibuat takluk oleh pasukan Islam, padahal jumlah pasukan mereka lebih besar tiga kali lipat daripada pasukan Islam. Akan tetapi, berkat pertolongan Allah SWT jumlah yang sedikit dapat mengalahkan jumlah yang banyak tersebut.

Sebagian besar pasukan Quraisy menjadi tahanan perang kaum muslimin. Rasulullah saw bermusyawarah dengan para sahabat tentang penanganan yang terbaik bagi para tawanan perang.

Abu Bakar r.a berpendapat agar para tawanan perang tersebut dibebaskan dengan sejumlah uang tebusan. Menurutnya hal itu akan menaikkan citra orang muslim di hadapan kaum musyrikin Quraisy. Ujarnya, "Dengan begitu, siapa tahu mereka akan tertarik untuk masuk Islam."


Dari dua pendapat tersebut, Rasulullah saw. cenderung mengikuti saran Abu Bakar r.a, yaitu membebaskan tawanan perang dengan sejumlah tebusan. Apalagi keputusan ini didasari firman Allah SWT, "Maka apabila kamu bertemu dengan orong-orang yang kafir (di medan perang) makapukullah batang iehermereka. Selanjutnya apabila kamu teiah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka." (QS Muhammad [47]: 4)

Bukan berarti pendapat Umar bin Khaththab tidak memiliki landasan yang kuat. Ia berpendapat bahwa izin Allah SWT untuk membebaskan tawanan perang karena mereka tidak memerangi orang-orang muslim, mereka tidak boleh dibunuh. Akan tetapi, berbeda dengan para pemimpin kafir tawanan Badar kali ini. Mereka adalah musuh Allah yang sangat berbahaya sehingga harus dibunuh.

Selanjutnya, Allah SWT pun ternyata membenarkan pendapat Umar bin Khaththab dengan diturunkan ayat, "Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Maha perkasa, Maha bijaksana. Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil. Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu peroleh itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS Al-Anfal [8]: 67-69)

Benarlah bahwa para tawanan Badar yang bebas kala itu menjadi musuh yang paling kuat pada peperangan Uhud yang membantai pasukan muslim karena hendak membalas kekalahan mereka pada Perang Badar.

Tentang Umar, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran pada lidah dan hati Umar." (HR Turmudzi)

Pernyataan Rasulullah saw. tersebut didasari karena beberapa pendapat Umar bin Khaththab r.a. yang sejalan dengan kehendak dalam Al-Qur'an, antara lain sebagai berikut.
  1. Usulnya untuk membunuh para tawanan Perang Badar dan tidak menerima tebusan dari mereka, lalu turun ayat Al-Qur'an yang menguatkan pendapatnya.
  2. Permintaannya agar istri-istri Nabi saw menggunakan hijab (penutup), kemudiam turunlah ayat Al-Qur'an yang berkenaan dengan hal tersebut.
  3. Ia pernah melarang Rasulullah saw untuk menyalati jenazah orang munafik, lalu turunlah ayat Al-Our'an yang melarang Rasulullah menyalati jenazah mereka.
  4. Pendapatnya untuk menjadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, kemudian turun ayat Al-Qur'an untuk menyuruh orang muslim untuk shalat di tempat tersebut.
  5. Ketika istri-istri Nabi saw berkumpul karena cemburu terhadap sikap Nabi saw, ia mengatakan kepada mereka, "Jika Nabi saw menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya istri-istri yang lebih baik daripada kalian." Setelah itu, turunlah ayat dalam Surat At-Tahnm yang menegaskan hal tersebut.

Sabtu, 14 Januari 2023

Ilmu Lalu Amal

Dalam kitab Muntakhab Kanzul Ummai, Abu Abdurrahman r.a. berkata, "Jika para sahabat mengajarkan Al-Qur'an kepada kami, mereka berkata, 'Kami belajar Al-Qur'an dari Rasulullah saw. sebanyak 10 ayat dan kami tidak akan meminta Nabi saw. untuk mengajarkan ayat berikutnya sebelum 10 ayat tadi sesuai dengan antara ilmu dan amalnya."




Ulama hadis terkemuka Bukhari r.a berkata, "Al ilmu qoblal qouli wal amali (ilmu sebelum berkata dan berbuat)." Perkataan ini merupakan kesimpulan yang ia ambil dari firman Allah Ta'ala, "Maka Ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu ...." (QS. Muhammad [47]: 19)

Dalam kitab Fathut Bari, Ibnul Munir berkata, "Yang dimaksudkan oleh Bukhari bahwa ilmu adalah syarat benarnya suatu perkataan dan perbuatan, yaitu suatu perkataan dan perbuatan itu tidak teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh sebab itu, ilmu didahulukan dari ucapan dan perbuatan karena ilmu itu pelurus niat. Niat nantinya yang akan memperbaiki amalan."