Barangsiapa yang berkata kepada seorang anak kecil, "Kemari! Aku akan memberimu sesuatu." Lalu, ia tidak memberikannya maka ia telah melakukan satu kebohongan! (HR Ahmad)
Dalam hadis riwayat Abu Daud, Abdullah bin Amir mengisahkan bahwa pernah suatu hari seorang ibu memanggil anaknya yang tengah bermain. "Kemari sayang, Ibu akan memberimu sesuatu!" kata sang ibu.
Melihat kejadian tersebut, Rasulullah saw. menghampiri ibu itu dan bertanya, "Apa yang akan kauberikan kepadanya?"
Sang ibu menjawab, "Sebuah kurma, wahai Rasulullah."
Rasulullah saw tersenyum mendengar jawaban sang ibu. Lalu, Rasulullah saw bersabda, "Seandainya kau tidak jadi memberinya sesuatu, akan tercatat sebagai dusta atasmu."
Coba KLIK !!!! Rasakan yang Akan terjadi
Jumat, 02 April 2010
Asma' Putri Abu Bakar Ash-Shiddiq
Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah wanita muhajirah yang ikut andil ketika Rasulullah saw. dan ayahnya hijrah ke Yatsrib. Ia terkenal dengan julukan 'Wanita Pemilik Dua Ikat Pinggang' karena ketika mengantarkan perbekalan untuk Rasulullah saw dan ayahnya di Gua Tsur, ia membelah ikat pinggangnya menjadi dua. Satu untuk mengikat perbekalan, sedangkan yang lainnya untuk mengikat qirbah (tempat minum).
Setelah keberangkatan ayahnya berhijrah, kakeknya, Abu Quhafah, datang kepadanya untuk menghibur karena ditinggal hijrah oleh Abu Bakar, "Hai Asma'. Demi Allah. Abu Bakar telah menyusahkanmu dengan harta dan jiwamu!" ujar Abu Quhafah yang tunanetra.
"Tidak, Kek, Ayah telah meninggalkan harta yang banyak buat kita," jawab Asma'. Lalu, ia mengambil kerikil dan memasukkanya ke dalam kantong, kemudian ia letakkan di lubang tempat ayahnya biasa menyimpan harta.
Asma' meraih tangan kakeknya dan berkata, "Taruhlah tanganmu ke atas kantong ini, Kek."
Setelah memegang kantong tersebut, kakeknya berkata, "Tidak apa-apa jika Abu Bakar meninggalkan harta sebanyak ini. Itu sangat bagus. Dengan demikian, engkau dapat menggunakannya untuk keperluan hidupmu."
Padahal, sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan harta untuk keluarganya. Asma' berbuat demikian untuk menenangkan kakeknya yang kebingungan memikirkan dirinya karena ditinggal hijrah oleh ayahnya.
Setelah keberangkatan ayahnya berhijrah, kakeknya, Abu Quhafah, datang kepadanya untuk menghibur karena ditinggal hijrah oleh Abu Bakar, "Hai Asma'. Demi Allah. Abu Bakar telah menyusahkanmu dengan harta dan jiwamu!" ujar Abu Quhafah yang tunanetra.
"Tidak, Kek, Ayah telah meninggalkan harta yang banyak buat kita," jawab Asma'. Lalu, ia mengambil kerikil dan memasukkanya ke dalam kantong, kemudian ia letakkan di lubang tempat ayahnya biasa menyimpan harta.
Asma' meraih tangan kakeknya dan berkata, "Taruhlah tanganmu ke atas kantong ini, Kek."
Setelah memegang kantong tersebut, kakeknya berkata, "Tidak apa-apa jika Abu Bakar meninggalkan harta sebanyak ini. Itu sangat bagus. Dengan demikian, engkau dapat menggunakannya untuk keperluan hidupmu."
Padahal, sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan harta untuk keluarganya. Asma' berbuat demikian untuk menenangkan kakeknya yang kebingungan memikirkan dirinya karena ditinggal hijrah oleh ayahnya.
Pengangkatan Putra Mahkota
Yazid bin Muawiyah memohon kepada ayahnya agar ia diangkat menjadi khalifah berikutnya. Permohonan itu dikabulkan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia pun mengangkat putranya sebagai putra mahkota dan mendudukkan Yazid dalam sebuah Kubah.
Orang-orang bergiliran mengucapkan selamat kepada Muawiyah dan memberi hormat kepada Yazid, sambil berkata, "Jika Tuan tidak melakukan hal ini, niscaya Tuan menyia-nyiakan urusan kaum muslim."
Semua kata sanjungan dan penghormatan mengalir untuk Yazid dan Muawiyah. Namun, ada seorang ulama yang hanya duduk diam, padahal ada di antara mereka.
Ulama itu bernama Al-Ahnaf r.a. Kemudian Muawiyah mendekatinya dan bertanya, "Hai, Abu Bakr (nama keluarga Al-Ahnaf r.a) ! Mengapa kau tidak melakukan seperti yang orang-orang lakukan?"
Al-Ahnaf menjawab, "Kalau aku berbohong, aku takut kepada Allah. Kalau aku jujur, aku takut kepada engkau!"
Muawiyah r.a tersenyum mendengar jawaban itu dan berkata, "Terima kasih atas ketaatanmu, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan!"
Orang-orang bergiliran mengucapkan selamat kepada Muawiyah dan memberi hormat kepada Yazid, sambil berkata, "Jika Tuan tidak melakukan hal ini, niscaya Tuan menyia-nyiakan urusan kaum muslim."
Semua kata sanjungan dan penghormatan mengalir untuk Yazid dan Muawiyah. Namun, ada seorang ulama yang hanya duduk diam, padahal ada di antara mereka.
Ulama itu bernama Al-Ahnaf r.a. Kemudian Muawiyah mendekatinya dan bertanya, "Hai, Abu Bakr (nama keluarga Al-Ahnaf r.a) ! Mengapa kau tidak melakukan seperti yang orang-orang lakukan?"
Al-Ahnaf menjawab, "Kalau aku berbohong, aku takut kepada Allah. Kalau aku jujur, aku takut kepada engkau!"
Muawiyah r.a tersenyum mendengar jawaban itu dan berkata, "Terima kasih atas ketaatanmu, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan!"
Berbohong karena Terpaksa
Keluarga Yasir termasuk orang-orang yang pertama kali memeluk Islam sejak kedatangannya. Sang ayah, Yasir, berdomisili di Mekah dan bersekutu dengan Bani Makhzum.
Ketika itu Bani Makhzum menikahkannya dengan seorang budak wanita bernama Sumayyah. Dari perkawinan mereka lahirlah Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Yasir.
Keteguhan hati mereka dalam mempertahankan Islam menyeretnya pada siksaan bertubi-tubi dari Bani Makhzum musyrikin Quraisy. Mereka disiksa tanpa rasa peri kemanusiaan.
Ammar bin Yasir yang mengajak seluruh keluarganya masuk Islam dipaksa untuk menyaksikan kekejian mereka terhadap kedua orang tuanya dan saudaranya, Abdullah. Mereka memaksanya untuk mengakui Latta dan Uzza jika ingin keluarga yang ia sayangi selamat dari siksaan kejam mereka.
"Ayo! Katakanlah, 'Wahai Latta dan Uzza'!" teriak salah seorang dari musyrikin Quraisy biadab itu. Namun, ayah, ibu, dan adiknya melarang Ammar untuk mengucapkannya sambil menahan perih tak terkira. Mereka pun mendapat siksaan yang bertubi-tubi dan lebih kejam.
Sebenarnya Ammar tidak tahan melihat orang-orang yang dicintainya disiksa sedemikian rupa. Tidak ada siksaan yang lebih menyakitkan selain melihat penyiksaan yang harus dialami oleh keluarganya.
Rasulullah saw yang lewat di tempat kejadian dan menyaksikan penyiksaan itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain berkata, "Bersabarlah! Sesungguhnya tempat kalian adalah surga!"
Ucapan Rasulullah membuat Sumayyah berteriak, "Wahai Rasulullah! Saya telah mencium wangi surga!" Seketika itu juga Abu Jahal menusukkan tombaknya ke tubuh mulia Sumayyah. Ia adalah wanita muslimah yang pertama kali mati syahid karena mempertahankan agama Allah.
Ammar makin tak kuasa menahan perih batin dan fisiknya. Setelah ibunya gugur di tangan Abu Jahal, ia harus menyaksikan ayahnya dan saudaranya dihujani anak panah hingga syahid. Satu per satu keluarganya gugur di jalan Allah.
Ibunya, ayahnya, dan saudaranya. Ammar menangis sejadi-jadinya. Di tengah kekalutan pikiran dan kegalauan jiwanya, ia pun mendapat berbagai siksaan tak terperi. Sementara itu, kaum musyrikin Quraisy berteriak-teriak di telinganya, "Cepat! Katakanlah, 'Wahai Latta dan Uzza!"
Tak tahan dengan penderitaan itu, Ammar menyerah sehingga berkata, "Wahai Latta dan Uzza!!!" Penyiksaan berhenti. Para penyiksa musyrikin Quraisy merasa puas karena usaha mereka tidak sia-sia.
"Bagus!" kata mereka dengan gelak tawa yang menyakitkan hati sambil berlalu meninggalkan Ammar yang perih menahan sakit akibat penyiksaan yang diterimanya.
Setelah peristiwa itu, Ammar mengalami penyesalan yang sangat mendalam. Seluruh keluarganya syahid karena mempertahankan keyakinannya, tetapi mengapa ia menjadi lemah? Akankah Allah murka kepadanya?
Ia pun mengadukan kekhilafannya kepada Rasulullah saw. Beliau bertanya kepadanya, "Bagaimana dengan hatimu?" Ammar menjawab, "Hatiku tetap beriman!"
Rasulullah pun berkata, "Apabila mereka memaksamu kembali untuk menyebutkan nama-nama tuhan mereka, lakukanlah!"
Ketika itu Bani Makhzum menikahkannya dengan seorang budak wanita bernama Sumayyah. Dari perkawinan mereka lahirlah Ammar bin Yasir dan Abdullah bin Yasir.
Keteguhan hati mereka dalam mempertahankan Islam menyeretnya pada siksaan bertubi-tubi dari Bani Makhzum musyrikin Quraisy. Mereka disiksa tanpa rasa peri kemanusiaan.
Ammar bin Yasir yang mengajak seluruh keluarganya masuk Islam dipaksa untuk menyaksikan kekejian mereka terhadap kedua orang tuanya dan saudaranya, Abdullah. Mereka memaksanya untuk mengakui Latta dan Uzza jika ingin keluarga yang ia sayangi selamat dari siksaan kejam mereka.
"Ayo! Katakanlah, 'Wahai Latta dan Uzza'!" teriak salah seorang dari musyrikin Quraisy biadab itu. Namun, ayah, ibu, dan adiknya melarang Ammar untuk mengucapkannya sambil menahan perih tak terkira. Mereka pun mendapat siksaan yang bertubi-tubi dan lebih kejam.
Sebenarnya Ammar tidak tahan melihat orang-orang yang dicintainya disiksa sedemikian rupa. Tidak ada siksaan yang lebih menyakitkan selain melihat penyiksaan yang harus dialami oleh keluarganya.
Rasulullah saw yang lewat di tempat kejadian dan menyaksikan penyiksaan itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain berkata, "Bersabarlah! Sesungguhnya tempat kalian adalah surga!"
Ucapan Rasulullah membuat Sumayyah berteriak, "Wahai Rasulullah! Saya telah mencium wangi surga!" Seketika itu juga Abu Jahal menusukkan tombaknya ke tubuh mulia Sumayyah. Ia adalah wanita muslimah yang pertama kali mati syahid karena mempertahankan agama Allah.
Ammar makin tak kuasa menahan perih batin dan fisiknya. Setelah ibunya gugur di tangan Abu Jahal, ia harus menyaksikan ayahnya dan saudaranya dihujani anak panah hingga syahid. Satu per satu keluarganya gugur di jalan Allah.
Ibunya, ayahnya, dan saudaranya. Ammar menangis sejadi-jadinya. Di tengah kekalutan pikiran dan kegalauan jiwanya, ia pun mendapat berbagai siksaan tak terperi. Sementara itu, kaum musyrikin Quraisy berteriak-teriak di telinganya, "Cepat! Katakanlah, 'Wahai Latta dan Uzza!"
Tak tahan dengan penderitaan itu, Ammar menyerah sehingga berkata, "Wahai Latta dan Uzza!!!" Penyiksaan berhenti. Para penyiksa musyrikin Quraisy merasa puas karena usaha mereka tidak sia-sia.
"Bagus!" kata mereka dengan gelak tawa yang menyakitkan hati sambil berlalu meninggalkan Ammar yang perih menahan sakit akibat penyiksaan yang diterimanya.
Setelah peristiwa itu, Ammar mengalami penyesalan yang sangat mendalam. Seluruh keluarganya syahid karena mempertahankan keyakinannya, tetapi mengapa ia menjadi lemah? Akankah Allah murka kepadanya?
Ia pun mengadukan kekhilafannya kepada Rasulullah saw. Beliau bertanya kepadanya, "Bagaimana dengan hatimu?" Ammar menjawab, "Hatiku tetap beriman!"
Rasulullah pun berkata, "Apabila mereka memaksamu kembali untuk menyebutkan nama-nama tuhan mereka, lakukanlah!"
Kisah Nabi Ibrahim s.a dan Siti Sarah
Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Ibrahim a.s tidak pernah berbohong kecuali tiga kali. Pertama, perkataannya ketika diajak untuk beribadah kepada berhala tuhan mereka dan Ibrahim a.s menjawab, 'Sesungguhnya aku sakit'. Kedua, perkataannya, 'Sebenarnya patung besar itutah yang melakukannya'. Ketiga, perkataannya tentang Sarah, 'Sesungguhnya dia saudariku'." (HR Bukhari)
Berikut ini adalah kisah pertemuan antara Nabi Ibrahim a.s dan Sarah yang melatarbelakangi Rasulullah mengucapkan sabdanya tersebut.
Suatu hari Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Luth a.s pergi ke wilayah Syam. Mereka bertemu dengan paman Nabi Ibrahim. la memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Sarah. Ibrahim a.s pun berkata, "Belum ada wanita cantik yang memiliki kecantikan seperti Hawa hingga saat ini selain Sarah."
Perkataan Ibrahim a.s tersebut bukan saja melihat kecantikan Sarah secara lahiriah, melainkan juga kesalehan yang tampak pada diri Sarah. Akhirnya, Ibrahim a.s pun menikahinya dan mereka menjalani kehidupan rumah tangga dengan harmonis.
Ujian pada pernikahan mereka berawal ketika Ibrahim a.s dan Sarah r.a hijrah ke Mesir. Saat itu Mesir dipimpin oleh seorang raja kafir yang suka berfoya-foya dan zalim. Raja itu bernama 'Amr bin Amru' Al-Qais bin Mailun.
Setiap mendengar ada wanita cantik, ia selalu ingin memilikinya. Jika wanita itu telah memiliki suami, ia akan memaksa suaminya untuk menceraikan istrinya. Jika wanita itu adalah saudara dari seseorang yang dikenalnya, akan ia tinggalkan.
Kedatangan Ibrahim a.s dan istrinya yang sangat cantik diketahui oleh pengawal kerajaan. Pengawal itu langsung memberitahukan perihal tersebut kepada rajanya. Ia berkata, "Ibrahim datang bersama seorang wanita yang sangat cantik."
Hasrat sang raja tiba-tiba menggebu dan menyuruh pengawalnya untuk memanggil mereka berdua. Ibrahim pun datang menemui raja yang zalim itu. Di hadapan Ibrahim a.s, raja zalim itu bertanya, "Siapakah wanita yang bersamamu itu?"
Ibrahim a.s menjawab, "Saudariku." Sambil berbisik kepada istrinya, "Jangan kaukatakan bahwa kau adalah istriku agar kau selamat. Katakanlah kau adalah saudariku. Demi Allah di bumi ini hanya kita berdua yang mukmin!"
Ketika Sarah melihat raja hendak mendekatinya, ia berdoa, "Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!" pintanya kepada Allah SWT.
Tiba-tiba raja itu merasa tercekik dan menghentak-hentakkan kakinya.
Sarah terkejut dan kembali berdoa, "Ya Allah. Andaikan raja ini mati, tentu orang-orang akan menuduh bahwa aku yang membunuhnya!"
Setelah berdoa, raja itu kembali sehat seperti biasa. Namun, raja itu tetap berjalan mendekatinya. Sarah kembali berdoa, "Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!"
Kejadian tadi terulang lagi. Raja merasa tercekik dan menghentak-hentakkan kakinya.
Sarah berdoa lagi, "Ya Allah. Andaikan raja ini mati, tentu orang-orang akan menuduh bahwa aku yang membunuhnya!"
Raja itu kembali sembuh, tetapi kali ini ia merasa ketakutan. Kemudian ia berkata kepada pengawalnya, "Demi Tuhan, pasti setan yang kaukirim kepadaku. Kembalikanlah ia kepada Ibrahim dan beri dia seorang hamba sahaya!"
Hamba sahaya itu adalah Siti Hajar, seorang budak hitam, tetapi kecantikannya tampak terpancar di wajahnya. Ia cerdas, beraklak mulia, dan bermental kuat. Kelak ia akan dinikahi oleh Ibrahim a.s dan melahirkan seorang nabi mulia bernama Ismail a.s.
Berikut ini adalah kisah pertemuan antara Nabi Ibrahim a.s dan Sarah yang melatarbelakangi Rasulullah mengucapkan sabdanya tersebut.
Suatu hari Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Luth a.s pergi ke wilayah Syam. Mereka bertemu dengan paman Nabi Ibrahim. la memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Sarah. Ibrahim a.s pun berkata, "Belum ada wanita cantik yang memiliki kecantikan seperti Hawa hingga saat ini selain Sarah."
Perkataan Ibrahim a.s tersebut bukan saja melihat kecantikan Sarah secara lahiriah, melainkan juga kesalehan yang tampak pada diri Sarah. Akhirnya, Ibrahim a.s pun menikahinya dan mereka menjalani kehidupan rumah tangga dengan harmonis.
Ujian pada pernikahan mereka berawal ketika Ibrahim a.s dan Sarah r.a hijrah ke Mesir. Saat itu Mesir dipimpin oleh seorang raja kafir yang suka berfoya-foya dan zalim. Raja itu bernama 'Amr bin Amru' Al-Qais bin Mailun.
Setiap mendengar ada wanita cantik, ia selalu ingin memilikinya. Jika wanita itu telah memiliki suami, ia akan memaksa suaminya untuk menceraikan istrinya. Jika wanita itu adalah saudara dari seseorang yang dikenalnya, akan ia tinggalkan.
Kedatangan Ibrahim a.s dan istrinya yang sangat cantik diketahui oleh pengawal kerajaan. Pengawal itu langsung memberitahukan perihal tersebut kepada rajanya. Ia berkata, "Ibrahim datang bersama seorang wanita yang sangat cantik."
Hasrat sang raja tiba-tiba menggebu dan menyuruh pengawalnya untuk memanggil mereka berdua. Ibrahim pun datang menemui raja yang zalim itu. Di hadapan Ibrahim a.s, raja zalim itu bertanya, "Siapakah wanita yang bersamamu itu?"
Ibrahim a.s menjawab, "Saudariku." Sambil berbisik kepada istrinya, "Jangan kaukatakan bahwa kau adalah istriku agar kau selamat. Katakanlah kau adalah saudariku. Demi Allah di bumi ini hanya kita berdua yang mukmin!"
Ketika Sarah melihat raja hendak mendekatinya, ia berdoa, "Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!" pintanya kepada Allah SWT.
Tiba-tiba raja itu merasa tercekik dan menghentak-hentakkan kakinya.
Sarah terkejut dan kembali berdoa, "Ya Allah. Andaikan raja ini mati, tentu orang-orang akan menuduh bahwa aku yang membunuhnya!"
Setelah berdoa, raja itu kembali sehat seperti biasa. Namun, raja itu tetap berjalan mendekatinya. Sarah kembali berdoa, "Ya Allah. Sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan rasul-Mu serta aku selalu memelihara kehormatanku. Janganlah Engkau biarkan orang itu merusak kesucianku!"
Kejadian tadi terulang lagi. Raja merasa tercekik dan menghentak-hentakkan kakinya.
Sarah berdoa lagi, "Ya Allah. Andaikan raja ini mati, tentu orang-orang akan menuduh bahwa aku yang membunuhnya!"
Raja itu kembali sembuh, tetapi kali ini ia merasa ketakutan. Kemudian ia berkata kepada pengawalnya, "Demi Tuhan, pasti setan yang kaukirim kepadaku. Kembalikanlah ia kepada Ibrahim dan beri dia seorang hamba sahaya!"
Hamba sahaya itu adalah Siti Hajar, seorang budak hitam, tetapi kecantikannya tampak terpancar di wajahnya. Ia cerdas, beraklak mulia, dan bermental kuat. Kelak ia akan dinikahi oleh Ibrahim a.s dan melahirkan seorang nabi mulia bernama Ismail a.s.
Langganan:
Postingan (Atom)