Coba KLIK !!!! Rasakan yang Akan terjadi

Sabtu, 03 April 2010

Kejujuran Bilal bin Rabah r.a.

Suatu ketika dua orang hamba sahaya yang dimulia-kan Allah SWT hendak meminang seorang putri dari kalangan bangsa Quraisy yang terhormat. Mereka adalah Bilal bin Rabah r.a dan Shuhaib Ar-Rumi r.a.

Bilal bertindak sebagai juru bicara dan mengajukan pinangan kepada keluarga wanita tersebut agar bersedia mem'kah dengan sahabatnya, Shuhaib. Salah seorang dari keluarga tersebut bertanya, "Siapakah gerangan kalian berdua ini?"

Bilal menjawab, "Saya adalah Bilal dan ini saudara saya, Shuhaib. Kalian tentu telah mengetahui keberadaan kami. Dahulu kami adalah para budak yang kemudian dimerdekakan oleh Allah SWT. Kami juga dahulu adalah orang-orang tersesat, lalu diberi hidayah oleh Allah SWT. Kami dulunya fakir, lalu dijadikan kaya oleh-Nya. Kini kami menginginkan putri Anda untuk dijodohkan dengan saudaraku. Jika kalian menerimanya, segala puji bagi Allah SWT. Dan jika kalian menolak, Allah Dzat Yang Maha besar."

Sebenarnya Shuhaib khawatir ketika Bilal mengungkap jati diri mereka yang dahulunya hanyalah hamba sahaya. Apalagi setelah itu Shuhaib melihat para anggota keluarga wanita tersebut saling memandang satu sama lain.

Mereka lalu berkata, "Bilal termasuk orang yang kita kenal kepeloporan, kepahlawanan, dan kedudukannya di sisi Rasulullah saw. Oleh karena itu, nikahkanlah saudaramu dengan putri kami!" Mereka menerima pinangan Shuhaib kepada putrinya. Betapa bahagianya Shuhaib mendengar keputusan itu.

Dalam perjalanan pulang, Shuhaib bertanya kepada Bilal, "Mengapa engkau katakan kepada mereka tentang asal usul kita?"

Bilal menjawab, "Diamlah! Aku telah menceritakan hal yang sejujurnya. Dan karena kejujuran itulah yang menjadikan engkau menikah dengannya!"
Sesungguhnya shiddiq (kejujuran) itu membawa pada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga .... (HR Bukhari dan Muslim)

Jumat, 02 April 2010

Kesaksian Iblis

Suatu ketika Iblis menerima perintah dari Allah SWT untuk menghadap Rasulullah saw dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan beliau. Kemudian Iblis mengubah wujudnya menjadi seorang lelaki tua yang bersih dan rapi sambil membawa tongkat.

Rasulullah saw yang menerima kedatangannya bertanya, "Siapa kau?"

"Aku Iblis," jawab Iblis.

"Ada urusan apa kau datang kemari?" tanya Rasulullah.

"Allah yang memerintahkan kepadaku untuk menemuimu agar dapat menjawab semua pertanyaan darimu," jelas Iblis.

Rasulullah saw. lalu bertanya, "Hai Iblis! Siapa sajakah musuhmu dari umatku?"

Iblis menjawab, "Ada empat belas macam orang. Yaitu, engkau sendiri (Muhammad saw), pemimpin yang adil, orang kaya yang rendah hati, pedagang yang jujur, orang alim yang shalatnya khusyu', orang mukmin yang menasihati sahabatnya, orang mukmin yang menebarkan kasih sayang terhadap sesamanya, orang yang bertobat sampai akhir hayat, orang mukmin yang selalu dalam keadaan suci atau berwudhu, orang yang berhati-hati dari hal-hal yang dilarang, orang mukmin yang berakhlak mulia, orang mukmin yang berguna bagi masyarakat, penghafal Al-Qur'an, dan orang-orang yang gemar bertahajud di saat orang lain tertidur."

Beliau kembali bertanya, "Hai Iblis! Siapa sajakah yang menjadi sahabatmu?"

"Ada sepuluh orang. Yaitu, hakim yang tidak adil, orang kaya yang sombong, pedagang yang tidak jujur atau khianat, pemabuk, orang yang memutuskan silaturrahim, pemakan riba, pemakan harta anak yatim, orang yang melalaikan shalat, orang yang enggan berzakat, dan orang yang sering berkhayal (panjang angan-angan)." Urai Iblis, "mereka itulah sahabat dan saudaraku," tambahnya.

Siasat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Diriwayatkan melalui hadis Bukhari bahwa ketika itu Rasulullah saw sedang membonceng Abu Bakar r.a di atas unta kendaraannya. Di tengah perjalanan, mereka dicegat oleh seseorang.

Orang itu mengenal Abu Bakar r.a, tetapi tidak mengenal Rasulullah saw. Melihat Abu Bakar r.a sedang bersama seseorang, orang tersebut bertanya kepada Abu Bakar r.a, "Siapakah dia?"

Kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk memberi tahu dengan jujur bahwa yang sedang bersamanya adalah Rasulullah saw. Jika musuh-musuh Allah tahu keberadaan beliau, mereka tidak segan-segan untuk menyakiti, bahkan membunuhnya. Demi keselamatan Rasulullah, Abu Bakar r.a menjawab, "Dia hanyalah seorang penunjuk jalanku."

"Oh, penunjuk jalan," ujar orang itu sambil berlalu.

Orang itu memahami arti penunjuk jalan adalah orang yang bertugas untuk menunjuki arah perjalanan hingga sampai ke tujuan, seperti guide. Padahal, yang dimaksud Abu Bakar r.a. adalah penunjuk jalan kebenaran bagi hidupnya.

Rasulullah saw tidak menegur Abu Bakar dalam peristiwa ini karena perbuatan Abu Bakar itu untuk menyelamatkan beliau dari kejaran musuh-musuhnya.

Pengintaian Pasukan Musuh

Ketika akan Perang Badar, Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a keluar dari persembunyian untuk mengintai.

Di tengah perjalanan, keduanya bertemu lelaki tua yang diperkirakan memiliki informasi tentang kondisi pasukan Quraisy. Kemudian Rasulullah saw menyapanya dan bertanya tentang kondisi pasukan Quraisy serta pasukan Islam agar lelaki tua tersebut tidak curiga kalau mereka adalah bagian dari pasukan Islam.

Akan tetapi, lelaki tua itu tidak mau memberikan informasi kecuali dengan satu syarat. Ia berkata, "Saya tidak akan memberi tahu kalian sebelum kalian memberitahukan siapa dan dari mana kalian datang?"

Rasulullah saw menawarkan kesepakatan, "Beri tahu kami terlebih dahulu maka akan kami beritahukan keadaan kami!"

Lelaki tua itu pun setuju. Ia beritahukan semua informasi tentang pasukan Ouraisy dan Islam kepada Rasulullah saw. Ia mengatakan bahwa pasukan Quraisy telah mengetahui kedatangan Muhammad dan para sahabatnya.

Ia juga mengabarkan posisi kedua kubu yang akan berperang sebagai berikut, "Apabila kalian ingin membuktikan, lihat saja kaum muslimin di tempat 'ini' (ia menyebutkan tempat pasukan muslim berkemah), sedangkan jika kalian ingin melihat keberadaan pasukan Ouraisy, datanglah ke tempat 'ini' (ia menyebutkan tempat kaum Ouraisy berkumpul saat itu)."

Kemudian orang itu meminta janjinya dan bertanya, "Sekarang beri tahu kami, dari mana asal kalian berdua?"

Pantang bagi Rasulullah saw untuk berbohong. Beliau pun berkata, "Kami berasal dari Ma'...," Rasulullah saw menjawab dengan ringan dan berlalu pergi meninggalkan orang itu.

Lelaki tua itu bergumam, "Apakah mereka dari lraq?"

Ma' dalam bahasa Arab berarti air atau nama sebuah tempat di Irak. Lelaki tua itu beranggapan bahwa Ma' yang dimaksud adalah sebuah daerah di Irak.

Padahal, maksud Rasulullah adalah air sebagai asal mula penciptaan makhluk berdasarkan firman Allah SWT, "... dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air ...." (QS Al-Anbiya' [21]: 30)

Menyelamatkan Seorang Mukmin dari Kejaran Musuh

Suatu ketika seorang muslim dikejar sekelompok orang Yahudi yang hendak membunuhnya. Ia berlari menuju Rasulullah yang sedang duduk dan berkata, "Wahai Rasulullah, lindungilah aku! Mereka ingin membunuhku, padahal aku tidak bersalah!" Kemudian orang tersebut bersembunyi untuk menyelamatkan diri.

Tidak lama kemudian sekelompok orang bersenjata berteriak-teriak dengan marah mendatangi Rasulullah karena kehilangan jejak incarannya, "Apakah kamu melihat seseorang lewat sini?" tanya mereka.

Rasulullah berdiri dari duduknya dan berkata, "Sejak saya berdiri di sini dari tadi, saya tidak melihat orang lewat sini." Sekelompok orang bersenjata itu pun membubarkan diri.