Coba KLIK !!!! Rasakan yang Akan terjadi

Selasa, 06 April 2010

Dipercaya karena Jujur

Shuhaib bin Sinan bin Malik lebih dikenal dengan nama Shuhaib Ar-Rumi. la turut hijrah bersama Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a ke Medinah. Mereka berhijrah secara diam-diam karena orang-orang Quraisy tidak akan membiarkan Muhammad dan kaum muslimin meninggalkan kota Mekah.

Meskipun demikian, ternyata rencana mereka telah diketahui oleh para musuh Allah. Mereka pun mengatur sebuah perangkap untuk mencegah perjalanan ketiga orang mulia tersebut.

Atas izin Allah SWT, Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a berhasil lolos dari jebakan mereka. Namun, tidak bagi Shuhaib. Ia tidak berhasil meloloskan diri dari kepungan orang-orang jahiliah tersebut.

Ketika orang-orang musyrik yang mengepungnya lengah, ia segera memacu untanya agar berlari kencang. Pemburu-pemburu Quraisy segera mengejarnya dan berhasil menghentikan Shuhaib di tengah-tengah padang pasir yang luas.

Pemburu-pemburu Ouraisy menatap Shuhaib dengan beringas seperti tidak sabar ingin membunuhnya. Shuhaib sendiri ingin segera menyusul Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a untuk hijrah ke Medinah. Mereka sudah siap dengan senjatanya masing-masing, termasuk shuhaib yang telah memasang anak panah di busurnya.

Dalam situasi yang tegang itu Shuhaib menggertak mereka, "Hai orang-orang kafir Quraisy! Kalian sudah mengetahui bahwa aku adalah ahli panah yang mahir. Demi Allah! Kalian semua akan mati oleh anak panah dalam kantong ini sebelum kalian berhasil mendekatiku. Setelah itu pedang ini akan kugunakan untuk menebas kalian! Sampai semua senjata di tanganku habis!"

Nyali para pemburu beringas itu ciut mendengar ancaman Shuhaib. Namun, mereka tidak mengurungkan niatnya untuk membunuh Shuhaib.
Akhirnya, Shuhaib mengajukan penawaran kepada mereka, "Kalau kalian setuju, akan saya tunjukkan tempat penyimpanan hartaku. Kalian boleh memilikinya asalkan aku dibiarkan berhijrah ke Yastrib (Medinah)!"

Tawaran itu menarik hati para pemburu Quraisy. Mereka berkata, "Dulu kamu hanyalah seorang yang miskin dan papa. Sekarang hartamu banyak dan melimpah ruah. Tunjukkanlah di mana hartamu disimpan?"

Shuhaib pun menunjukkan tempat harta bendanya disembunyikan. Para pemburu Quraisy langsung bertolak kembali ke Mekah dan menguras harta simpanan Shuhaib. Mereka membiarkan Shuhaib berhijrah ke Medinah.

Shuhaib bin Sinan melanjutkan perjalanannya ke Yastrib. Setelah melalui padang pasir yang luas dan gersang, akhirnya Allah SWT memperkenankan dirinya bertemu dengan kekasih tercinta, Rasulullah saw, di Quba.

Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah saw dan para sahabat yang mengelilingi beliau. Melihat Shuhaib bin Sinan datang, Rasulullah saw. menyambutnya dengan ceria. Beliau bersabda kepadanya, "Beruntunglah perniagaanmu, hai Abu Yahya!"

Shuhaib bersyukur dengan doa Rasulullah saw tersebut meskipun ia heran dikatakan beruntung karena hasil jerih payah perdagangannya sudah habis diberikan kepada musyrikin Quraisy. Yang tinggal pada dirinya hanya iman dan kecintaannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Pengorbanan Shuhaib mendapat pujian dari Allah SWT sehingga turunlah ayat sebagai berikut, "Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (QS Al-Baqarah [2]: 207)
membunuh

Preman Masuk Islam

Luqman Hakim meriwayatkan bahwa suatu ketika seorang preman yang suka mencuri, berjudi, dan meminum minuman keras datang menemui Rasulullah saw. Ia bermaksud untuk bertobat sehingga Rasulullah mengajaknya pada Al-Islam.

Setelah ia mengucapkan dua kalimat syahadat, ia mengadu kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, saya adalah orang yang banyak melakukan dosa. Bagaimanakah caranya agar aku bisa meninggalkan kebiasaan burukku?"

Rasulullah menjawab, "Berjanjilah untuk tidak berbohong!"

Syarat yang mudah, pikir preman tersebut, ia pun menyanggupinya.

Dalam perjalanan pulang, setiap kali ia hendak berbuat jahat selalu teringat pesan Rasulullah untuk tidak berbohong.

"Apa jawabanku jika Rasulullah bertanya tentang apa yang aku lakukan hari ini? Sanggupkah aku berbohong kepadanya?"

Pada kesempatan lain, godaan untuk berbuat jahat muncul kembali. Ia kembali teringat pesan Rasulullah. Ia bergumam, "Kalau aku berbohong kepada Rasulullah, berarti aku mengkhianati janjiku kepadanya. Jika aku berkata benar bahwa aku telah melakukan kejahatan, aku harus menerima hukuman sesuai dengan aturan Islam."

Ia pun mengurungkan niat jahatnya. Demikianlah setiap ada keinginan untuk mabuk, mencuri, dan berjudi, ia selalu teringat pesan Rasulullah tersebut hingga ia selalu mengurungkan niatnya untuk berbuat dosa.
"Ya Allah, ternyata dalam pesan Rasulullah itu terkandung hikmah yang sangat berharga," pikirnya.

Ia pun berhasil meninggalkan kebiasaan buruknya dan menjadi mukmin saleh dan mulia.

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda, "Wahai anakku, jika kau mampu menyambut pagi dan soremu dengan hati yang bersih dari niat curang kepada orang lain maka lakukanlah!"

Kemudian Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, "Hal tersebut merupakan sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkannya maka itulah bukti kecintaannya kepadaku dan barangsiapa mencintaiku maka ia akan bersamaku di surga." (HR Turmudzi)

Minggu, 04 April 2010

Keistimewaan Ja'far Ath-Thayyar

Nama lengkapnya adalah Ja'far bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Ia memiliki gelar Abu Al-Masakin yang artinya bapak orang-orang miskin karena ia senang berdialog dengan mereka. Juga gelar Dzu Al-Janahain yang berarti pemilik dua sayap serta Ja'far Ath-Thayyar yang artinya orang yang dapat terbang.

Ia ikut hijrah ke Habsyi dan kemampuan berdiplomasinya ia gunakan untuk menangkal hasutan kaum musyrikin kepada Raja Habsyi yang bernama Negus.

Suatu saat, Rasulullah saw diberi tahu oleh Malaikat Jibril bahwa kelak ketika Ja'far berperang dan syahid, Allah telah menyediakan baginya dua sayap hijau yang terbungkus dengan intan dan yaqut untuknya di surga. Dia terbang dengan kedua sayapnya bersama malaikat.

Rasulullah saw bahagia mengetahuinya. Beliau pun bertanya kepada Ja'far, "Wahai Ja'far, putra Abu Thalib. Amalan apa yang kaulakukan sehingga Allah memuliakanmu?"

Ja'far menjawab, "Wahai Rasulullah. Aku tidak tahu pasti amalan apa yang telah aku kerjakan. Hanya saja ketika aku kafir dan setelah masuk Islam sampai saat ini, aku senantiasa menghindari diri dari berkata bohong, berzina, dan mabuk-mabukkan."

Rasulullah saw bertanya kembali, "Memang ketiga perkara itu diharamkan oleh Islam. Lalu, bagaimana engkau menahan diri dari ketiga sifat itu ketika kafir? Bukankah tidak ada larangan untuk itu?"

Ja'far menjelaskan, "Aku berpendapat bahwa orang yang berbohong dalam ucapannya akan selalu dicurigai oleh orang lain. Dan apabila kebohongannya diketahui oleh orang, tentu akan malu sekali. Oleh karena itulah, aku tidak mau berbohong.

Sedangkan, untuk perbuatan zina, aku tidak ingin ada orang lain yang berzina dengan istri atau anakku. Sungguh orang tersebut akan tercela dalam pandanganku. Karena itulah aku membenci perbuatan zina.

Lalu, aku menghindari mabuk-mabukkan karena aku ingin akalku terus berkembang dan melampaui pemikiran orang lain. Mabuk-mabukan akan menghilangkan akal sehingga ia akan mengeluarkan kata-kata tidak bermanfaat dan tertawa-tawa tanpa alasan. Karena itulah aku mencegah diriku dari minuman yang memabukkan,"

Malaikat Jibril datang dan berkata, "Ja'far berkata benar. Allah menjadikan dua sayap untuknya disebabkan karena menahan diri dari ketiga perkara tersebut sehingga pantas jika Ja'far dekat dengan Allah!"

Akhirnya, benarlah kisah itu ketika Ja'far syahid dalam Perang Muktah, Rasulullah saw memberitakan, "Aku masuk ke dalam surga dan aku lihat Ja'far terbang bersama para malaikat, sedangkan kedua sayapnya penuh dengan lumuran darah."

Kemudian Rasulullah saw mengatakan bahwa Allah SWT mengganti sayap tersebut dengan sayap yang baru sehingga ia dapat terbang dengan sayap itu ke surga. Karena itulah ia dijuluki Ja'far Ath-Thayyar.

Bukti Kejujuran

Lukman Al-Hakim adalah seorang sahabat berkulit hitam yang jujur. la adalah seorang penggembala yang selalu benar dalam berkata-kata, menunaikan amanat, dan meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.

Suatu ketika Lukman disuruh tuannya untuk memanen hasil kebun bersama budak lainnya. Namun, para budak itu melakukan perbuatan yang sangat tidak terpuji. Mereka tergiur untuk memakan semua hasil panen buah-buahan segar tersebut.

Ketika para budaknya kembali dengan tangan kosong, sang majikan berang dan menanyakan siapa yang telah menghabiskan hasil panennya itu. Para budak menuduh bahwa Lukmanlah pelakunya.

Mendengar tuduhan itu, Lukman berkata, "Sesungguhnya orang munafik itu tidak amanah di sisi Allah. Saya bisa membuktikan siapa sesungguhnya yang memakan buah-buahan itu."

Ia pun mengambil air putih dan menyodorkan kepada para budak seraya berkata, "Mari kita minum air putih ini agar bisa memuntahkan makanan yang baru kita makan." Para budak tidak berani mengelak karena tuannya pun mendukung usul Lukman.

Ketika semua memuntahkan isi perutnya, terlihat bahwa Lukman hanya memuntahkan air bersih, sedangkan yang lainnya memuntahkan buah-buahan. Jadi, terbuktilah bahwa Lukman adalah orang jujur dan tidak bersalah.

Islamnya Keluarga Yasir

Ammar hendak pergi menemui Rasulullah saw. Kemudian ayahnya, yang bernama Yasir dan saat itu belum memeluk Islam, menanyakan tentang kepergian anaknya itu. Anaknya pun menjawab akan menemui Rasulullah saw.

Setelah diketahui bahwa anaknya akan menemui Rasulullah, ia berkata, "Muhammad adalah orang yang dapat dipercaya. Seluruh penduduk Mekah mengakuinya. Jika dia menyatakan kenabiannya, tentulah ia berkata benar sebab tidak ada seorang pun yang pernah mendengarnya berbohong."

Hari demi hari, akhirnya keluarga Yasir pun menjadi pengikut Islam. Begitu pedih cobaan yang mereka hadapi. Setiap hari kedua orang tua Ammar disiksa tanpa rasa peri kemanusiaan oleh kaum musyrikin Quraisy.

Mereka berdua menjadi syuhada karena gugur dalam mempertahankan agamanya. Sang Ibu, Sumayyah, adalah wanita pertama yang mati syahid di jalan Allah SWT.