Coba KLIK !!!! Rasakan yang Akan terjadi

Jumat, 20 Maret 2020

Peacefull Generation : Antara Santri dan Toleransi Dalam Ajaran Pesantren




Negara kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara yang berani bersatu diatas berbagai keberagamannya, baik beragam dalam suku bangsa, bahasa, agama, dan budaya. Keberagaman di nusantara harus kita makanai sebagai sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa dan yang harus dijaga dan dipertahankan dalam wadah NKRI, keberagaman yang saling melengkapi, bukan untuk menunjukkan mana yang terbaik. Sebelum lahirnya Indonesia, pendahulu jauh diatas kita telah menyadari dan menghargai keberagaman di bumi nusantara ini,  keberagaman di nusantara ini dikenal dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan yang membuktikan bahwa Indonesia bersatu atas keberagaman. Namun tidak dapat dipungkiri ruh dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai kejadian yang menunjukkan intoleransi keberagaman, yaitu intoleransi kepercayaan, intoleransi, budaya dan kebudayan, intoleransi suku bangsa dan intoleransi lainnya. Untuk mengantisipasi tindakan intoleransi dan menjaga toleransi, kita membutuhkan lembaga pendidikan dan materi pendidikan yang porposional untuk hal tersebut. Saya rasa salah satu lembaga pendidikan yang porposional dan cocok adalah pesantren.
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang peserta didiknya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap peserta didiknya. Istilah pesantren tersebut identik dengan istilah santri, santri adalah panggilan untuk seseorang yang sedang menimba ilmu pendidikan agama Islam selama kurun waktu tertentu dengan jalan menetap di sebuah pondok pesantren. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Pertama masuk pondok pesantren seorang santri akan dihadapkan dengan perbedaan baik suku ras ataupun budaya, dan pasti sebagian dari mereka akan merasa tidak nyaman dengan suatu keadaan belum pernah mereka alami seblumnya. Yang mana, sebelum masuk kedalam kehidupan pesatren mereka hanya berinteraksi dengan sebuah kehidpuan dari mereka kecil. Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia telah mencatatkan begitu besarnya peran santri dalam perjuangan kemerdekaan, dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam kehidupan pesatren para santri diajarkan beberapa konsep interaksi sosial, diantaranya Konsep interaksi sosial adalah PertamaAl Ukhuwwah Al Islamiyyah yang berarti persaudaraan sesama muslim, Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidahbagai tali tasbih yang tidak terputus, dengan tujuan utama mensyukuri Nikmat Allah. Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam. KeduaAl Ukhuwwah Basyariyah yang berarti persaudaraan sesama manusia. Dan yang ketiga Al Ukhuwwah Wathoniyyah yang bermakna persaudaraan sebangsa dan Negara. Pada konsep ukhuwah Islam Al Ukhuwwah Al Islamiyyah  iyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena sama-sama memeluk agama Islam. Umat Islam yang dimaksudkan bisa berada di belahan dunia mana pun. Dalam konsep ukhuwah wathaniyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari bangsa yang satu, misalnya bangsa Indonesia. Ukhuwah model ini tidak dibatasi oleh sekat-sekat primordial seperti agama, suku, jenis kelamin, dan sebagainya. Adapun, dalam konsep ukhuwah basyariyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari umat manusia yang satu yang menyebar di berbagai penjuru dunia. Dalam konteks ini, semua umat manusia sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Purwoko, Dwi., dkk. Hubungan Karakteristik Santri Dengan Persepsi Mereka Tentang Kemandirian Di Pondok Pesantren Relationship Between Santri Characteristics With Their Perception Of Self Independency. Jurnal Penyuluhan Issn: 1858-2664 September 2007, Vol. 3 No. 2
Syukur, Abdul. 2008. Perekat Bangsa. Tangerang: PT Intimedia Ciptanusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar