Ibnu Abbas r.a menuturkan bahwa Umar bin Khaththab r.a berangkat menuju kota Syam untuk menemui Abu Ubaidah Al-Jarrah r.a yang telah berhasil menguasai seluruh wilayah Syam. Pada waktu itu wabah penyakit menular (tha'un) yang sangat berbahaya sedang menyerang penduduk Syam sehingga banyak korban yang berjatuhan.
Umar r.a. yang mengetahui adanya wabah penyakit berbahaya di Syam mengurungkan niatnya untuk pergi ke sana. Lalu, Umar r.a. menulis surat kepada Abu Ubaidah r.a yang isinya, "Saya datang untuk bertemu denganmu. Namun, saya tidak dapat masuk ke dalam kota karena adanya penyakit yang sedang mengganas. Seandainya surat ini sampai ke tanganmu siang hari, segeralah berangkat menemuiku sebelum sore!"
Ketika Abu Ubaidah r.a membaca surat itu, ia berkata, "Saya tahu maksud Amirul Mukminin memerintahku demikian. la ingin agar saya terhindar dari penyakit berbahaya ini."
la pun membalas surat sang Khalifah, "Wahai Amirul Mukminin, saya sangat mengerti maksud Anda. Saya sedang berada di tengah-tengah tentara muslimin dan sedang bertugas memimpin mereka. Saya tidak ingin meninggalkan mereka dalam bahaya hanya untuk menyelamatkan diri sendiri. Saya tidak ingin berpisah dengan mereka, hingga Allah memberikan keputusan kepada kami keselamatan atau kebinasaan. Jika surat ini sampai ke tangan Khalifah, maafkan saya karena tidak bisa memenuhi permintaan Anda. Izinkan saya bersama mereka."
Usai membaca isi surat dari panglima perangnya, Umar r.a. menangis tersedu. Orang-orang pun bertanya, "Wahai Amirul Mukminin. Apakah Abu Ubaidah telah meninggal?"
"Tidak," jawab Umar r.a, "tetapi ia di ambang kematian."
Dugaan Khalifah benar. Tidak lama kemudian, Abu Ubaidah r.a. meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar